Maybe I’m not normal girl. Karena gue..
“Dea!” Teriak Santi, Diva, dan Diah
secara bersamaan. Dan teriakan ketiga sahabat gue itu amat memekakkan telinga
ini. Mereka bertiga mungkin memang udah ditakdirkan untuk selalu memekakan
telinga gue. Yaampun. Setelah mereka bertiga datang, kini datanglah seorang
cowok yang amat gue benci. Dia adalah Wisnu. Aku memang tak pernah menyukai
orang ini dari pertama kali bertemu.
“Hai, Beb” Sungguh menyebalkan
mendengarkan kata-kata itu keluar langsung dari mulutnya itu. Dia memegang
kepala gue dan membuat ketiga sahabat gue ini menganga tak percaya dengan apa
yang mereka lihat. Dan sama seperti biasa, saat raga gue bersentuhan dengan
kulit laki-laki, gue bukanlah Dea.
“Jangan sentuh Dea!” Ucapan yang
keluar dari tubuh gue itu diiringi oleh pukulan yang langsung mendarat manis
dipipi sebelah kirinya. Dan itulah diri gue yang lain. Gue punya dua
kepribadian. Dea dan Dean. Kepribadian yang entah kapan muncul didalam raga
ini.
Sebelum semua itu gue ketahui, gue
berjalan dilorong yang dindingnya adalah kaca. Gue berjalan santai menuju
kelasnya Diva, seperti biasa untuk mengembalikan buku yang kemaren gue pinjam.
Dan saat itu gue mendengar seperti ada yang memanggil nama gue. Aku menoleh pada
sekitarnya, dan tak menemukan siapa-siapa ada disekitar sini.
“Aku disini, Dea” Bayangan gue di kaca
berbicara ke gue? Tentu saja. Dan mungkin karena inilah Kak Eka menutup seluruh
cermin yang ada dirumah. Kak Eka selalu ngelarang gue untuk melihat apapun yang
berhubungan dengan bayangan. Kak Eka mungkin sudah sejak lama tau akan gandanya
kepribadian gue ini.
“Elo siapa?” Tanya gue yang saat itu
memang sama sekali tak mengenali kepribadianku yang lain ini.
“Aku adalah kamu dalam versi kuat.
Kamu itu lemah, tak pernah melawan. Dan tugasku berada ditubuhmu adalah untuk
menjagamu dari sentuhan para laki-laki yang ingin menguasaimu!” Ucapan orang
yang mengaku-ngaku adalah gue, membuat gue makin bingung “Aku Dean.
Kepribadianmu yang tak akan pernah mau kalah”