Minggu, 28 Desember 2014

Dea and Dean



Maybe I’m not normal girl. Karena gue..
          “Dea!” Teriak Santi, Diva, dan Diah secara bersamaan. Dan teriakan ketiga sahabat gue itu amat memekakkan telinga ini. Mereka bertiga mungkin memang udah ditakdirkan untuk selalu memekakan telinga gue. Yaampun. Setelah mereka bertiga datang, kini datanglah seorang cowok yang amat gue benci. Dia adalah Wisnu. Aku memang tak pernah menyukai orang ini dari pertama kali bertemu.
          “Hai, Beb” Sungguh menyebalkan mendengarkan kata-kata itu keluar langsung dari mulutnya itu. Dia memegang kepala gue dan membuat ketiga sahabat gue ini menganga tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Dan sama seperti biasa, saat raga gue bersentuhan dengan kulit laki-laki, gue bukanlah Dea.
          “Jangan sentuh Dea!” Ucapan yang keluar dari tubuh gue itu diiringi oleh pukulan yang langsung mendarat manis dipipi sebelah kirinya. Dan itulah diri gue yang lain. Gue punya dua kepribadian. Dea dan Dean. Kepribadian yang entah kapan muncul didalam raga ini.
          Sebelum semua itu gue ketahui, gue berjalan dilorong yang dindingnya adalah kaca. Gue berjalan santai menuju kelasnya Diva, seperti biasa untuk mengembalikan buku yang kemaren gue pinjam. Dan saat itu gue mendengar seperti ada yang memanggil nama gue. Aku menoleh pada sekitarnya, dan tak menemukan siapa-siapa ada disekitar sini.
          “Aku disini, Dea” Bayangan gue di kaca berbicara ke gue? Tentu saja. Dan mungkin karena inilah Kak Eka menutup seluruh cermin yang ada dirumah. Kak Eka selalu ngelarang gue untuk melihat apapun yang berhubungan dengan bayangan. Kak Eka mungkin sudah sejak lama tau akan gandanya kepribadian gue ini.
          “Elo siapa?” Tanya gue yang saat itu memang sama sekali tak mengenali kepribadianku yang lain ini.
          “Aku adalah kamu dalam versi kuat. Kamu itu lemah, tak pernah melawan. Dan tugasku berada ditubuhmu adalah untuk menjagamu dari sentuhan para laki-laki yang ingin menguasaimu!” Ucapan orang yang mengaku-ngaku adalah gue, membuat gue makin bingung “Aku Dean. Kepribadianmu yang tak akan pernah mau kalah”