School of
Hell
Semua
ucapan yang dilontarkan kakakku pada waktu itu, kini memang terjadi. Ia seolah
pernah menasehatiku agar tak memasuki sekolah ini. Bahkan sebelumnya, ia tak
ingin bersekolah di sekolah ini karena rumor yang beredar pada waktu itu.
Dan
itu bukan sembarang rumor. Itu adalah nyata. Kak Erik selalu berkata padaku
bahwa sekolah ini berhantu, angker, dan banyak yang menghuni. Aku awalnya tak
mempercayai omongan kakakku itu. Aku dengan beraninya setelah tamat SMP untuk
bersekolah di sini. Awalnya memang seperti tak ada apapun yang perlu
ditakutkan.
Bahkan
saat MOS, aku merasa nyaman untuk bersekolah di sini. Sekolah dengan gedung
megah serta fasilitas penunjang yang begitu lengkap. Hingga aku benar-benar
meremehkan Kak Erik yang merupakan seorang indigo sejak kecil.
Aku
benar-benar tak merasakan sesuatu yang aneh. Sungguh, aku bahkan selalu
mengacuhkan setiap peringatan yang Kak Erik lontarkan. Hingga 2 minggu terakhir
ini, aku mulai merasakan sebuah keanehan di sekolah ini. Keanehan yang bisa
kurasakan dengan seluruh indra yang ada ditubuh ini.
Ruang
kelasku berada di bawah dan pojok dari gedung 1. Dan letak dari kelasku itu
adalah depan dari kamar mandi wanita dan pria. Aku awalnya berfikir senang
karena mendapatkan kelas yang dekat dengan kamar mandi. Namun, itu lah penyebab
ketidak nyamananku saat ini.
Dari
aku bersekolah disini, aku selalu berusaha untuk datang pagi. Dan 2 minggu
terakhir pula, aku merasakan keanehan. Ruang kelasku yang dulunya adalah sebuah
laboratorium, yang masih menyimpan semua peralatan praktek IPA. Dan ada sebuah
kerangka tubuh manusia yang berada di dalam sebuah lemari kaca, membuat ruangan
ini saat jam 6 pagi serasa amat dingin diruang kelas yang sebenarnya terasa
hangat.
Setiap
aku datang, aku selalu melirik kerangka itu. Dan aku merasa, kerangka itu
seolah berbicara padaku. Dan itu bukan biang dari permasalahannya. 3 hari yang
lalu, saat aku dan kawanku sedang mengerjakan tugas, salah seorang kawanku
menunjuk sesuatu dari dalam kamar mandi pria.
“Itu..”
Ucap Jessi sembari menunjuk. Setelah aku, Lena, dan Ria menengok yang dimaksud
oleh Jessi, kami bertiga mengernyitkan dahi bersama-sama.
“Ada
apa?” Ucap Ria dengan wajah yang mulai terlihat tegang. Lena pun kembali
menengok kearah dalam kamar mandi. Dan tetap saja, tak ada sesuatu yang ada
disana.
“Tadi
aku liat orang lewat!” Racaunya dengan berjalan ke depan kamar mandi dan
menyembulkan kepalanya kea rah dalam kamar mandi.”Seriusan, tadi ada kok!”
Imbuhnya yang penuh penekannan. Dan saat itu aku kembali teringat akan ucapan Kak
Erik tentang seseorang yang pernah mati bunuh diri disalah satu kamar mandi
pria disekolah ini karena patah hati. Dan bulu kudukku meremang karena
mengingat ucapan Kak Erik.
Telah
beberapa kasus pula yang diucapkan oleh Kak Erik, kini kurasakan dengan
perasaan was-was. Bukan di kamar mandi pria saja ada bunuh diri dengan cara
menggantung diri, di Lab Komputer pun konon pernah terjadi bunuh diri juga. Dan
saat pelajaran TIK yang menggunakan Lab Komputer, aku duduk di pojok kiri
ruangan itu. Aku dan Dika yang duduk diposisi itu pun sering merasa sesuatu
yang aneh.
Seperti
AC yang sebenarnya mati, namun kita berdua merasakan kedinginan yang teramat
sangat. Padahal teman-teman yang lain tak merasakan kedinginan, mereka
merasakan gerah akibat AC di ruang Lab computer itu tak menyala. Aku dan Dika
pun sedikit bingung atas kondisi yang kami alami itu. Bukan hanya itu saja di
ruang itu aku mendapati keganjilan, 6 hari yang lalu aku mendapatkan pelajaran
yang sama, dan di ruangan yang sama.
Saat
itu, aku tengah memanggil Meggy yang terlihat sedang kesusahan menyalakan
komputer di tempatnya. Aku berusaha ingin membantunya, namun sesuatu
menghalangiku. Yang menghalangiku adalah aku merasakan bahwa tempatku ke tempat
Meggy sangat jauh, bahkan saat itu aku merasa tak akan sampai bila aku berjalan
kaki.
Aku
berteriak sekencang mungkin, tapi tak seorang pun mendengarku. Aku merasa
seperti lumpuh, namun saat guru pengajar telah datang, aku kembali kesedia
kala. Disana aku mulai bingung, apakah semua ucapan Kak Erik memang benar
adanya?
Dan bukan sampai disana
saja keanehan yang bisa aku rasakan. Tadi, saat pelajaran berlangsung, aku
tengah berdiskusi dengan Andra. Saat berdiskusi dengannya, sesekali ku menatap
kerangka manusia di dalam lemari kaca itu dan sesekali pula aku menatap kamar
mandi, pria maupun wanita. Ada perasaan yang mengganjal.
Saat
kelasku hening, aku merasa seseorang telah memegang tengkukku. Aku menoleh pada
Andra. Kami saling memberikan tatapan bingung. Andra tersenyum jahil. Ya saat
itu aku merasa bahwa Andra lah pelakunya. Namun sebuah fakta yang
mengejutkanku. Ternyata ia juga merasa kalau ada yang memegang tengkuknya.
Dan
anehnya, di belakang kami hanya ada kerangka manusia itu. Karena letak duduk
kami berdua ada di paling belakang. Andra sepertinya tetap tak menghiraukannya.
Aku terus berfikir, teka-teki apa yang tengah dipersiapkan oleh penunggu
sekolahku ini? Aku masih penasaran dengan teka-teki yang mereka berikan.
Dan
saat aku mengetikkan kalimat-kalimat ini, aku selalu menoleh kearah belakang.
Karena aku merasa sedang diperhatikan. Dan untuk seterusnya, aku tak akan
mengabaikan larangan yang diberikan oleh siapapun. Dan hari ini, aku melihat
siluet seseorang ditengah kamar mandi pria yang jarang didatangi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar