Kamis, 01 Januari 2015

Indigo



School of Hell
                Semua ucapan yang dilontarkan kakakku pada waktu itu, kini memang terjadi. Ia seolah pernah menasehatiku agar tak memasuki sekolah ini. Bahkan sebelumnya, ia tak ingin bersekolah di sekolah ini karena rumor yang beredar pada waktu itu.
            Dan itu bukan sembarang rumor. Itu adalah nyata. Kak Erik selalu berkata padaku bahwa sekolah ini berhantu, angker, dan banyak yang menghuni. Aku awalnya tak mempercayai omongan kakakku itu. Aku dengan beraninya setelah tamat SMP untuk bersekolah di sini. Awalnya memang seperti tak ada apapun yang perlu ditakutkan.
            Bahkan saat MOS, aku merasa nyaman untuk bersekolah di sini. Sekolah dengan gedung megah serta fasilitas penunjang yang begitu lengkap. Hingga aku benar-benar meremehkan Kak Erik yang merupakan seorang indigo sejak kecil.
            Aku benar-benar tak merasakan sesuatu yang aneh. Sungguh, aku bahkan selalu mengacuhkan setiap peringatan yang Kak Erik lontarkan. Hingga 2 minggu terakhir ini, aku mulai merasakan sebuah keanehan di sekolah ini. Keanehan yang bisa kurasakan dengan seluruh indra yang ada ditubuh ini.
            Ruang kelasku berada di bawah dan pojok dari gedung 1. Dan letak dari kelasku itu adalah depan dari kamar mandi wanita dan pria. Aku awalnya berfikir senang karena mendapatkan kelas yang dekat dengan kamar mandi. Namun, itu lah penyebab ketidak nyamananku saat ini.
            Dari aku bersekolah disini, aku selalu berusaha untuk datang pagi. Dan 2 minggu terakhir pula, aku merasakan keanehan. Ruang kelasku yang dulunya adalah sebuah laboratorium, yang masih menyimpan semua peralatan praktek IPA. Dan ada sebuah kerangka tubuh manusia yang berada di dalam sebuah lemari kaca, membuat ruangan ini saat jam 6 pagi serasa amat dingin diruang kelas yang sebenarnya terasa hangat.
            Setiap aku datang, aku selalu melirik kerangka itu. Dan aku merasa, kerangka itu seolah berbicara padaku. Dan itu bukan biang dari permasalahannya. 3 hari yang lalu, saat aku dan kawanku sedang mengerjakan tugas, salah seorang kawanku menunjuk sesuatu dari dalam kamar mandi pria.
            “Itu..” Ucap Jessi sembari menunjuk. Setelah aku, Lena, dan Ria menengok yang dimaksud oleh Jessi, kami bertiga mengernyitkan dahi bersama-sama.
            “Ada apa?” Ucap Ria dengan wajah yang mulai terlihat tegang. Lena pun kembali menengok kearah dalam kamar mandi. Dan tetap saja, tak ada sesuatu yang ada disana.
            “Tadi aku liat orang lewat!” Racaunya dengan berjalan ke depan kamar mandi dan menyembulkan kepalanya kea rah dalam kamar mandi.”Seriusan, tadi ada kok!” Imbuhnya yang penuh penekannan. Dan saat itu aku kembali teringat akan ucapan Kak Erik tentang seseorang yang pernah mati bunuh diri disalah satu kamar mandi pria disekolah ini karena patah hati. Dan bulu kudukku meremang karena mengingat ucapan Kak Erik.
            Telah beberapa kasus pula yang diucapkan oleh Kak Erik, kini kurasakan dengan perasaan was-was. Bukan di kamar mandi pria saja ada bunuh diri dengan cara menggantung diri, di Lab Komputer pun konon pernah terjadi bunuh diri juga. Dan saat pelajaran TIK yang menggunakan Lab Komputer, aku duduk di pojok kiri ruangan itu. Aku dan Dika yang duduk diposisi itu pun sering merasa sesuatu yang aneh.
            Seperti AC yang sebenarnya mati, namun kita berdua merasakan kedinginan yang teramat sangat. Padahal teman-teman yang lain tak merasakan kedinginan, mereka merasakan gerah akibat AC di ruang Lab computer itu tak menyala. Aku dan Dika pun sedikit bingung atas kondisi yang kami alami itu. Bukan hanya itu saja di ruang itu aku mendapati keganjilan, 6 hari yang lalu aku mendapatkan pelajaran yang sama, dan di ruangan yang sama.
            Saat itu, aku tengah memanggil Meggy yang terlihat sedang kesusahan menyalakan komputer di tempatnya. Aku berusaha ingin membantunya, namun sesuatu menghalangiku. Yang menghalangiku adalah aku merasakan bahwa tempatku ke tempat Meggy sangat jauh, bahkan saat itu aku merasa tak akan sampai bila aku berjalan kaki.
            Aku berteriak sekencang mungkin, tapi tak seorang pun mendengarku. Aku merasa seperti lumpuh, namun saat guru pengajar telah datang, aku kembali kesedia kala. Disana aku mulai bingung, apakah semua ucapan Kak Erik memang benar adanya?
Dan bukan sampai disana saja keanehan yang bisa aku rasakan. Tadi, saat pelajaran berlangsung, aku tengah berdiskusi dengan Andra. Saat berdiskusi dengannya, sesekali ku menatap kerangka manusia di dalam lemari kaca itu dan sesekali pula aku menatap kamar mandi, pria maupun wanita. Ada perasaan yang mengganjal.
            Saat kelasku hening, aku merasa seseorang telah memegang tengkukku. Aku menoleh pada Andra. Kami saling memberikan tatapan bingung. Andra tersenyum jahil. Ya saat itu aku merasa bahwa Andra lah pelakunya. Namun sebuah fakta yang mengejutkanku. Ternyata ia juga merasa kalau ada yang memegang tengkuknya.
            Dan anehnya, di belakang kami hanya ada kerangka manusia itu. Karena letak duduk kami berdua ada di paling belakang. Andra sepertinya tetap tak menghiraukannya. Aku terus berfikir, teka-teki apa yang tengah dipersiapkan oleh penunggu sekolahku ini? Aku masih penasaran dengan teka-teki yang mereka berikan.
            Dan saat aku mengetikkan kalimat-kalimat ini, aku selalu menoleh kearah belakang. Karena aku merasa sedang diperhatikan. Dan untuk seterusnya, aku tak akan mengabaikan larangan yang diberikan oleh siapapun. Dan hari ini, aku melihat siluet seseorang ditengah kamar mandi pria yang jarang didatangi itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar